Minggu, 21 Oktober 2012


Sebatas Melody


Aku terbangun. Kepalaku masih pusing dan berat, tapi Melody sudah di hadapanku dan tersenyum padaku. Rambutnya yang panjang dan sedikit berwarna hi-lite, senyumnya membuat aku makin semangat untuk beranjak dari kasur.

Kutatap matanya yang terus menatap mataku. Senyumnya kini makin manis. Ku belai sedikit rambutnya. Kini matanya menatap ke jam dinding yang berada di belakangku. Aku mengambil handuk lalu bergegas ke kamar mandi.

Ku starter mobil. Suara Melody kini terbisik di telingaku. Karena masih pagi kubuka kaca mobilku, wajah Melody terpantul di kaca, ia tersnyum kepadaku. Selama perjalanan menuju kampus suara Melody makin merdu.

Sesampainya dikampus aku mencari parkiran. Aku tidak dapat parkir dekat dengan gedung kuliahku. Setengah jam lebih aku mencari parkiran tetap tidak dapat. Sebagai senior aku gagal.

Kuparkir agak jauh dari gedung kuliahku. Lantunan Melody makin pelan. Sebelum keluar mobil, aku memegang pipi Melody dulu, senyumnya makin manis padaku. Aku keluar mobil dan Melody di mobil menungguku. Kubawa berkas fotokopian dan binder saja.

Matahari makin terik. Aku bergegeas menuju mobilku tak sabar bertemu Melody yang menungguku. Dari jauh orang-orang mengerubungi mobilku.  Langkahku makin cepet mencari tahu apa yang terjadi. Pintu mobilku terbuka. Tepat pintu mobil tempat duduk Melody menungguku.

“Melody!!” teriakku keras. Orang – orang kerumunan itu melihat ke arahku.
Aku mencari Melody di mobil tidak ada.
“Mana Melody??” tanyaku tegas kepada orang – orang yang berada mengerubungi mobilku.
Satu orang maju kehadapanku dan bicara dengan gugup. Seorang pria, botak, dengan perawakan lebih muda dariku. Ya, itu adalah junior dikampusku. Setiap junior wajib botak di semester pertamanya.
“A..Aku melihat seseorang berjaket jeans biru membawanya”gugup suaranya kepadaku.
“Kemana dia? Apa Melody terluka?” tanyaku sambil menarik kerah bajunya.
“Dia lari, ke arah...” junior itu menunjuk ke arah sebuah gang.

Aku berlari menuju gang itu. Ketika aku ingin masuk ke gang, seorang teman menarikku. “Lo tau kan itu gang isinya preman kampus semua dari macem-macem jurusan?”. Aku menghiraukannya.

“Gue gak rela Melody di ambil sama orang lain.”
Aku memulai langkah di gang itu. Beberapa mahasiswa garis keras menatapku.  Badan mereka lebih besar, wajah mereka lebih seram daripada aku. Seorang berbadan besar menghampiriku.
“Ada yang nyasar nih kayaknya..” sapa orang besar itu kepadaku.
“Gue lagi cari Melody.” Ujarku.
“Ha? Melody?” Orang itu heran.

“Bro, apa ada orang yang berperawakan badannya gak lebih tinggi dari gue, pake jaket jeans?” tanyaku pada orang itu.
“Oh..Si Ndeso. Ada urusan apa lo sama dia?”. Jawab pria berbadan besar.
“Dia bawa kabur Melody”. Ucapku.
Pria itu nampak kesal denganku. “Lo daritadi bikin gue bingung, siapa sih Melody? Seberapa penting dia buat lo?”.

 Aku mulai kesal, pria itu membuang waktuku. “Melody penting buat gue, elo yang gak penting buang waktu gue”
Pria itu makin kesal. “Ini daerah gue, elo jangan sok jagoan disini, gue jagoannya!!” Pria itu mendorongku keras.

Aku bangun dan menendang kepalanya. Ia tersungkur. Beberapa temannya datang menghampiriku.
Kuambil bambu panjang yang ada di dekat selokan. Kuhantam semua kepala preman katro itu. Keinginanku mengejar Melody sepertinya memberiku kekuatan untuk melawan cecunguk itu. Aku segera berlari.

Nafasku terengah-engah. Kulihat sekelilingku tak ada orang yang mirip dengan si Ndeso. Aku berjalan pelan sambil perhatikan sekelilingku. Di sebuah warung, ada seseorang dengan jaket jeans membeli rokok ketengan. Ia membakar rokoknya, mengembuskan asap. Aku mulai mendekatinya. 

“Melody” ucapku kepada pria itu.
Pria itu menatapku. Ia membuang rokoknya dan segera berlari. Aku mengejarnya,  demi Melody kukerahkan seluruh tenagaku. Kutangkap pria itu dari belakang. Ia melawan. Tapi aku lebih kuat.
Ku seret dia ke sebuah warung yang tutup. Kutarik kerah bajunya. Kepalanya kujedotkan ke tembok kayu.
“Dimana Melody?” Tanyaku. Pria itu diam.
Aku hantam kepalanya dengan tembok dibelakang kepalanya.
“Dimana Melody?”. tanyaku keras
“Seingin itukah kau memilikinya?” balas si pria berjaket, kali ini aku yang diam.
“Jangan pernah terlalu cinta dengan sesuatu. Jika hilang baru tahu rasanya saat ia tak ada”. Lanjut pria itu.
“ini bukan perasaan cinta. Tapi ini perasaan, yang tak ingin kehilangan dan memiliki dia.” kataku.

Pria itu mulai mengucap sesuatu dari mulutnya.

“Basement, tower kampus, jam 7 malam.” Aku melepas cengkramanku.
“Kenapa Melody bisa ada disana? Dengan siapa Melody disana?”
“Jangan mencari tahu jawaban yang tidak ingin kau tahu.”
Aku berdiri meninggalkan pria itu. Saat berjalan, pria itu berteriak kecil padaku.
“Kau bisa cari Melody yang lain.” Aku melanjutkan jalanku dan menghiraukan dia.

*

Malam tiba. Aku mulai masuk ke basement tower kampusku. Di lorong itu, aku berdiri sendiri. Tidak ada orang lain. Berkali-kali aku melihat jam tanganku. Penasaran aku menanti siapa orang yang membawa Melody.

Dari arah belakangku, ada seorang temanku. Temanku dari awal masuk kuliah. Ia berjalan ke arahku sambil membawa Melody. Melody masih bisa tersenyum manis padaku. Tapi kali ini dia diam tak bersuara.

“Melody...” kataku sambil menatap senyum manisnya.
“Hebat, gue kira lo ngga bakal sanggup lewatin preman – preman gang itu”  Kata temanku itu.
“Jadi, preman sama orang yang tadi?” Tanyaku heran
“Iya, ini semua rencana gue buat dapetin Melody. Kita emang temenan dari dulu. Tapi kalo masalah Melody, keberuntungan lo milikin dia cukup sampe malem ini.” Kata temanku.
“Serahin Melody ke gue!!” mintaku pada temanku.
Ia hanya tersenyum. Tiba-tiba, “DUGG!!” aku pingsan.

*


Sebuah percikan air muncrat di wajahku. Aku duduk dan diikat disebuah kursi. Didepanku ada 3 preman gang dan temanku.

“Dimana Melody?”. Tanyaku keras pada orang – orang itu.
”Melody sekarang udah jadi milik gue. Gue harap lo gak usah cari dia lagi. Atau gue Dor kepala lo”   Ancam temanku padaku. Sebuah pistol berada di depan wajahku.

“Gue dapetin Melody susah payah, dan sekarang lo pengen ngerebut dia dengan cara kayak gini? Mending lo pecahin kepala gue daripada gue liat lo sama Melody dengan cara kayak gini.”
 “DOR!!!!” sebuah peluru masuk ke kepalaku. Ujung pistol itu masih berasap. Aku tersungkur jatuh. Terlihat darah berlumuran di lantai. Tatapanku makin gelap. Yang bisa kulihat dan kurasa hanya sebatas Melody.

Jumat, 19 Oktober 2012


Arti Sebuah Keluarga


Arti Sebuah Keluarga

Bersama kita kan berdiri hadapi cobaan dan lalui semua..
Tak akan pernah ditinggalkan dirimu sendiri..
Bersama semua kesedihan yang ada..

Itulah cuplikan lagu yang sering dinyanyikan oleh Melody, Stella, Cleo, Shania, Ve, Ochi, Sonya, dan Nabilah. Setiap dari mereka memiliki bakat dan keunikan sendiri. Sebagai sesama saudara, mereka saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Mereka pun jarang mempertengkarkan sesuatu. Keakraban mereka sudah lama terjalin sejak masih kecil. Karena sudah lebih dari sepuluh tahun mereka bersama, mereka dapat memahami perasaan satu sama lain.

Disaat salah satu dari mereka mendapatkan masalah, yang lainnya senantiasa menolong. Begitu, dan sebagainya. Saat senang, sedih, haru, canda, dan tawa sudah menjadi keseharian mereka.

 Suasana harmonis selalu terjalin di keluarga yang anak-anaknya sering dipanggil “Aureliana” bersaudara itu. Entah dari mana julukan itu berasal, mereka sudah terbiasa dipanggil dengan panggilan itu.

“Anak-anak, ayo bangun. Terus mandi, makan, dan sekolah. Nanti telat lho.” Perintah bunda aureliana bersaudara itu.

Satu per satu dari mereka lalu terbangun. Mereka tidur di dalam satu kamar yang sangat luas. Dimana ada empat ranjang bertingkat untuk masing-masing dua orang. Dikamar mereka juga tersedia delapan almari pakaian, delapan kaca rias, dan delapan jendela kamar. Kebanyakan barang yang ada di dalam kamar itu serba delapan.

“Ayo, cepat mandi sana. Terus makan.”
“Iyaa, Bunda.” Bersamaan mereka menjawab.
Ada empat kamar mandi di pojok kiri ruang dapur. 

Setiap dari mereka bergantian menggunakannya dengan akur, tanpa berebutan. Selesai mandi, mereka masuk ke kamar untuk mengenakan seragam sekolah, sedikit berias, dan menuju meja makan yang terletak tepat dibawah lantai kamar mereka.

“Bunda, Ayah kemana sih? Kok nggak kelihatan?” Tanya Melody yang akrab di panggil Imel.
“Iyaa nih. Biasanya Ayah makan pagi bareng sama kita.

 Kenapa sekarang enggak?” tambah Shania.
“Ayah kalian pergi ke luar kota pagi tadi. Ayah sedang ada urusan pekerjaan disana. Doakan saja Ayah kalian baik-baik saja disana, dan perkerjaannya lancar. Jadi bisa cepat pulang..” terang Ibunda.
“Hmm. Emang urusan apa Bun?” Tanya Stella.

“Urusan masalah proyek industry kopi di Jogja. Ayah kalian sebagai direktur disana.”
“Wahh, asik dong. Nanti Ayah pulang bisa bawa uang banyak. Dan aku bisa minta dibeliin telur ayam banyaaak banget. Hhehehe..” celetus Nabilah.
“Hih, kamu ini Bil. Pikirannya telur mulu.” Ucap Ochi.

“Iya nih. Kalau enggak telur dadar, pasti telur mata sapi. Hati-hati loh kamu.” Kata Ve menakuti Nabilah.

“Tapi aku kan suka. Mau gimana lagi. Apa kalian nggak suka? Nggak mungkin..” ucap Nabilah sambil mengejek Ve dan Ochi.
Sonya hanya diam dan tersenyum melihat kelakuan saudaranya yang lucu itu.

“Sudah, sudah. Makan dulu, jangan banyak omong..” lerai Cleo.
 “Iyaa. Sudah ayo cepat selesaikan makannya, terus berangkat sekolah. Nanti telat.” Perintah Bunda mereka.
 “Iyaa, Bunda..” serentak semua menjawab.


*


Melody, Stella, Cleo, Shania, Ve, Ochi, Sonya, dan Nabilah berpamitan pada Bundanya. Mereka bersama mengambil sepeda mereka masing-masing di garasi didepan taman bunga. Mereka sudah dengan sepedanya masing-masing dan bersama-sama berangkat ke sekolah.

Diperjalanan mereka mengobrol, kadang bernyanyi dan bercanda. Suasana pagi yang masih agak hening itu berubah menjadi hangat karena keakraban mereka.

 Sekolah mereka juga berderetan. SD, SMP, dan SMA berderet dari kanan ke kiri. Satu per satu dari mereka memasuki sekolahnya masing-masing. Nabilah masuk ke SD nya, Shania, Ochi, dan Sonya masuk ke SMP, sementara Melody, Stella, Cleo dan Ve masuk ke SMA mereka.

Diantara mereka, Nabilah lah yang paling merasa kesepian karena tidak ada kakak-kakaknya yang satu sekolah dengannya. Maka dari itu, saat istirahat sekolah, Nabilah sering keluar dari sekolah dan menghampiri kakak-kakaknya di SMP maupun SMA. 

Tapi setelah istirahat selesai, ia pun kembali lagi ke sekolahnya. Kakak-kakaknya memaklumi hal itu. Karena Nabilah juga adik yang paling kecil, maka mereka sangat sayang padanya.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Nabilah yang sudah dulu keluar, menanti kakak-kakaknya di depan gerbang SMP.

“Ehh, dek Nabilah udah nungguin. Lama yah?” ejek Shania sambil mencubit pipi Nabilah.
Ochi dan Sonya tertawa melihat itu. Sementara Nabilah cemberut karena dikerjain kakak-kakaknya itu.

“Yaudah deh, ayo kita nungguin kak Imel dan lainnya.” Ajak Sonya.
“Iyaa, yuk.” Ucap Ochi sambil mengajak Nabilah dan Shania.
Hanya beberapa kayunan sepeda, mereka sudah sampai di depan gerbang SMA tempat kakak mereka sekolah. Ternyata Melody, Stella, Cleo dan Ve sudah menunggu.
“Kak, kok udah keluar sih? Tumben pulang cepet.” Tanya Shania.

“Iyaa Shan, soalnya guru-guru ada rapat. Jadi murid-murid dipulangkan lebih awal..” terang Imel kepada semua adiknya.

“Ehh, kita jalan-jalan yuk? Pada mau nggak?” ajak Stella.
“Kemana?” Tanya Ochi.

“Yaa, kemanalah gitu. Lagian sekarang kan hari sabtu, dan besok minggu. Jadi agak santai buat besok. Gimana, pada mau nggak?” ajak Stella lagi.
“Yaudah, ayo kita bersepeda ke bukit aja. Gimana?” saran Imel.
“Iyaa, aku setuju. Anginnya sejuk, enak suasananya.” Ucap Stella.
“Tapi nanti kalau dicari Bunda gimana kak?” Tanya Sonya.
“Iyaa, gimana tuh?” tambah Ve.

“Yaa kita nggak perlu lama-lama disana. Sebentar aja. Biasanya juga kan kita pulang jam dua siang, lah ini masih jam dua belasan..” kata Stella.

“Udah yuk berangkat aja. Jangan buang waktu disini..” ajak Imel.
Mereka semua akhirnya bersepeda menuju bukit. Mereka mengayun sepeda lebih kuat karena jalan menuju bukit yang menanjak. 

Tidak lebih dari lima belas menit mereka sampai di bukit.
Suasana di bukit saat itu sangat sejuk. Walaupun matahari sedang bersinar cerah dan cuaca sedang panas, tapi pepohonan yang lebat menghalau semua itu.

Mereka memakan bekal sekolah disana. Sambil bersenda gurau mereka menikmati hari itu. Sungguh terlihat keakraban yang sangat sempurna diantara mereka. Seperti sebuah keluarga yang tidak akan pernah bertengkar sampai kapanpun.

Akhirnya mereka semua pulang kerumah. Dirumah, Ibunda mereka sudah menyambut. Mereka lantas mencuci kaki, tangan dan tidur siang.

Ayah mereka pulang dari jogja. Ayah pulang dengan membawa kabar buruk.
“Ehh, Ayah  sudah pulang. Gimana kerjaannya di Jogja?” sambut Bunda.
“Kerjaannya lancar kok Bun. Cuman kemarin Pak Winarto menelpon Ayah.” Jawab Ayah.
“Pak Winarto? Dia bilang apa Yah?

“Pak Winarto ingin mengambil Stella Bun. Beliau bilang kalau beliau mau merawat Stella mulai dari sekarang dan beliau sudah tidak bekerja di Australia lagi. Beliau sekarang bekerja sebagai direktur perusahaan di Jakarta.” Terang Ayah.

“Terus kita harus gimana Yah? Apa kita harus kasih tahu Stella?” Tanya Bunda khawatir.
“Cepat atau lambat, Stella akan tahu siapa orang tua kandungnya.

 Kita juga sudah tidak bisa merahasiakannya lagi. Kita dulu berjanji, apabila orang tua kandung Stella ingin meminta Stella kembali, kita harus menyerahkannya. 

Kita harus tepati itu. Ayah tahu Bunda sangat sayang pada Stella, Bunda sudah merawat Stella seperti anak kandung, Ayah juga merasakan hal yang sama. Tapi bagaimanapun kita bukan orang tua kandung Stella. Kita harus menyadari hal itu.”

“Baik Yah, Bunda nanti akan bicara pada Stella. Semoga dia mau mengerti..” kata Bunda sedih.
Dibalik semua pembicaraan itu, ternyata Stella mendengarnya.

 Stella pun langsung menuju ke kamar setelah mendengar semua itu. Stella yang tadinya ingin memberitahukan pada Bundanya bahwa dia dipilih oleh gurunya menjadi peserta kontes model antar kota pun sirna. Kini justru kesedihan yang menyelimuti hatinya.

Stella menangis. Dia berpikir apa semua itu benar bahwa dia bukan anak kandung dikeluarganya saat ini? Apakah adik-adiknya disini itu hanyalah adik tiri? Dan kenapa orang tua kandungnya tidak mau merawatnya sejak kecil, dan justru meminta orang lain untuk merawatnya? Kini Stella terlanjur sayang pada Ayah dan Bundanya disini. 

Begitu juga pada semua saudaranya disini yang ternyata adalah saudara tiri. Semua pikiran kesedihan dan kegelisahan kini sedang menimpa Stella..

Stella turun dari tempat tidur. Ia membuka almarinya dan mengambil album fotonya. Ia memandangi semua gambar dirinya bersama Ayah dan Bundanya disini. Kenangan dirinya bersama keluarga itu sulit untuk dilupakan. Ia kembali menangis. Ia melihat foto disaat Ayah menggendongnya, saat Bunda menyuapi dan mengganti pakaiannya. 

Saat Stella menangis karena terjatuh ketika dilatih berjalan, dan saat Ia tidur nyenyak dipelukan Bunda. Tangisnya tidak terbendung. Semakin lama semakin keras dan membuat Melody terbangun karena hal itu.

“Kamu kenapa Stell?” Tanya Imel cemas.
“Ehh, nggak papa kok Mel. Terharu aja lihat foto-foto aku waktu kecil. Hehehe.” Jawab Stella menutupi kebenaran yang ada.

“Ohh, hehe. Kirain kenapa. Yaudah, jangan nangis lagi yaa..” ucap Imel.
“Iyaa Mel. Makasih yaa atas semuanya.” Ucap Stella sambil tersenyum.
Melody agak bingung dengan kata-kata Stella yang terakhir. Ada apa sebenarnya? Melody menjadi penasaran. Apa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Stella? Melody ingin tahu..


*


Melody keluar kamar bersama Stella. Mereka menyambut kedatangan Ayah. Melody sangat senang. Tapi Stella justru sedih. Ia hanya termenung dalam kesedihan menemui Ayah.

“Stella, apa kamu nggak senang Ayah pulang?” Tanya Ayah.
“Ehh, iyaa. Stella senang kok Yah. Stella mandi dulu ya, gerah soalnya.”
Stella pergi ke kamar mandi. Ibunda bingung apa yang sedang terjadi pada Stella.
“Bunda, Stella tadi di kamar nangis waktu lihat fotonya masa kecil. Terus Stella juga bilang terima

 kasih atas semua. Imel bingung Bun, ada apa sama Stella..” terang Imel.
Bunda hanya menatap Ayah dan keduanya berpikiran apa Stella sudah tahu hal sebenarnya.
“Nggak papa kok Mel, sudah lupakan saja. Sana kamu juga mandi, ajak saudaramu yang lain.” Perintah Ayah.

Melody pun kunjung pergi dan melaksanakan perintah itu. Stella yang sudah selesai mandi diajak bicara oleh Ayah dan Bundanya.

“Stella, ada apa denganmu nak? Ada masalah?” Tanya Bunda.
“Nggak papa kok Bun, Stella baik-baik aja. Makasih ya Bun, Yah, sudah merawat Stella selama ini. Stella seneng banget bisa berada disini bersama Ayah, Bunda dan saudara lainnya.

 Kalian sudah seperti keluarga sebenarnya untuk Stella. Kalian nggak akan Stella lupakan. Stella sayang sama Ayah dan Bunda, begitu juga semua saudara Stella disini..” terang Stella sambil tersenyum sedih.
“Apa kamu sudah tahu yang sebenarnya?” Tanya Ayah.

“Iya Yah, Stella bukan anak kandung Ayah dan Bunda kan? Stella tahu kok. Tadi Stella denger pembicaraan Ayah dan Bunda. Maaf yaa Yah, Bun, Stella tadi nguping. Stella sudah kurang ajar, maafin Stella..”
“Sudah, nggak papa Stella. Jangan nangis lagi, jangan biarkan saudara kamu ikut sedih karena hal ini. Kami semua disini sudah menganggap Stella sebagai bagian nyata dari keluarga ini. 

Walau Stella bukan anak Ayah dan Bunda, tapi Ayah dan Bunda sayang. Saat nanti Stella kembali ke orang tua kandung Stella, jangan lupakan Ayah dan Bunda yaa. Jangan lupakan saudara kamu disini.

 Bagaimanapun, mereka tetap menjadi saudara kamu. Ayah dan Bunda tetap menjadi Ayah dan Bunda Stella. Kami sangat berharap untuk terus membesarkan Stella sampai Stella memiliki keluarga sendiri.

 Tapi sepertinya semua itu tidak mungkin karena orang tua kandung Stella meminta Stella kembali..” ucap Bunda sambil matanya berkaca-kaca.

“Saat Stella masih bayi, saat pertama kalinya Ayah menggendong kamu, Ayah berharap kalau Stella benar-benar menjadi anak Ayah. Agar Ayah bisa terus bersama Stella, Ayah meminta Pak Winarto untuk menunda Stella untuk dikembalikan.

 Padahal sudah sejak di Australia Pak Winarto meminta Stella kembali karena takut hal ini akan terjadi. 

Tapi Ayah selalu menundanya hanya karena ingin merawat, membesarkan dan bersama Stella. Stella masih punya waktu sebulan bersama keluarga disini. 

Ayah ingin kita semua melalui itu tanpa ada masalah, hanya ada kebahagiaan dan keharmonisan layaknya sebuah keluarga..” jelas Ayah.

“Stella mau kan disini selama sebulan lagi? Beri waktu Ayah dan Bunda untuk menikmati hari itu bersama kamu dan saudara kamu..” Tanya Bunda.

“Stella mau banget Bun, Yah. Terima kasih..” ucap Stella terharu.
Stella memeluk erat Ayah dan Bunda tirinya itu. Ia sempat berpikir bahwa disinilah sebenarnya 
keluarganya. Yang menyayanginnya sejak kecil, merawat, membesarkan dengan penuh kasih sayang. Bagaimanapun, itulah arti sebuah keluarga bagi Stella..


***


Hilman Farizan


Aku, Kamu, Dan Perasaan Ini


Aku, Kamu, Dan Perasaan Ini

     Aku berjalan-jalan di tepi pantai bersama seorang gadis pujaan hatiku. Ku tatap ia yang sedang sibuk menendang air laut yang menyentuh kakinya.  Aku mulai merasa resah dengan perasaan yang ku miliki. Setiap waktu aku selalu memikirkannya. Perasaan ini sangat mengganggu ku. Tapi orang yang ku suka tidak pernah mengerti perasaanku. Perasaan cinta ini.

     “Sampai kapan aku harus nunggu kamu jatuh cinta ? Berapa lama lagi aku harus menunggu kata cinta dari kamu ?” Tanya ku dalam hati.

     “Beb pulang yuk, ntar kemalaman.” Ucapku pada pujaan hati ku ini. Eitss “Beb” makusdnya bukan “beb beb” orang pacaran tapi itu memang namanya “Beby Chaesara Anadila” dia sempat risih juga jika di panggil “Beb” apalagi aku adalah teman cowoknya. Terus mau di panggil apa lagi coba, masa harus manggil “Chaesara atau Anadila” Kan ga keren gitu kesannya.

     “Iya, ayuk..” Beby pun menoleh ke arah ku sambil tersenyum. Kami pun berjalan bersama menuju parkiran mobil.

     “Laper ga beb ?” Tanya ku kepada Beby setelah kami sampai di mobil.
     “Aku sih engga, kamu pasti laper kan ? Aku temenin kamu makan aja gimana ?” Ucap Beby yang nampaknya mengerti jika perut ku sudah demo minta makan.

     “Hehe, iya sih.” Aku tertawa sambil mengaruk kepalaku yang tidak gatal.
     “Dasar perut karung padahal tadi udah makan juga.” Aku hanya manyun dan segera menstarter mobilku menuju café terdekat, karena ini darurat.

     10 menit kemudian aku menemukan sebuah café yang menurutku romantic.
     “Disini ?” Tanya Beby.
     “Lah iya, terus dimana lagi ? Kuburan ? Ga munkin lah beb. Ayuk turun.” Aku dan Beby pun turun dari mobil dan masuk ke dalam café.

     Ternyata di dalam banyak pasangan yang sedang dinner atau sekedar ngobrol. Suasana café pun bisa di bilang sangat romantic. Beby pun melirik ku sambil mengangkat sedikit alisnya.

     “Udah ah, ayukk.” Aku menarik tangan Beby untuk pergi ke lantai atas.
     Kami mencari tempat kosong lalu memesan makanan. Beby tampak sedang sibuk memainkan Android miliknya, bisanya dia hanya bermain game.

     “Suasananya enak ya beb.” Ucapku pada Beby, tapi Beby tidak mengacuhkan ku.
     “Oi beb ini yang ngomong orang loh.” Ucapku sambil melempar Beby dengan sebuah tisu.
     “Iya Boy, ada apa ? Kenapa ? Udah kenyang ?”
     “Ngobrol kek beb. Kenyang darimana, orang makan aja belum.” Ucapku jengkel kepada Beby yang mulai salah focus.

     “Iya deh iya. Jangan ngambek gitu dong.” Beby memasukan Androidnya kedalam tas.
     “Beb, perasaan dari dulu sampai sekarang kenapa ya kalo jkita alan-jalan ke pantai mulu ?”
     “Ya mana aku tau, orang yang ngajakin kamu mulu.” Balas Beby dengan wajah tanpa dosa.
     “Iya deh iya.”
     “Emang kamu bosan ya ?” Tanya Beby kepadaku.
     “Engga lah, asalkan jalannya sama kamu pasti ga akan bosanlah.” Pesanan kami pun datang.
     “Iya ga bosen sih, tapi laper.” Ucap Beby sambil melempar ku dengan tisu tadi yang ku lempar padanya.

 Tapi aku tak mengacuhkannya karena sudah sangat lapar.
     “Oi Boy ini yang ngomong orang loh.” Beby mengucapkan perkataan ku tadi sambil mencibiriku.
    “Laferr beb.” Aku segera memakan makanan ku. Beby hanya nyengir melihat ku makan.
     Setelah kenyang aku dan Beby pun pulang. Selama perjalanan aku dan Beby hanya diam seribu bahasa. Hanya audio mobil ku yang terdengar.

     “Karena ku suka, suka dirimu, ku akan selalu berada disini, walau di dalam keramaian. Tak apa tak kau sadari.” Aku menyanyi di dalam hati untuk Beby yang sedang duduk manis di sebelahku.
     10 menit kemudian aku sampai di rumah Beby, ia turun dan mengucapkan terimakasih padaku, lalu masuk kerumahnya. Aku segera pulang ke rumah untuk tidur, berharap di dalam mimpi aku bisa memiliki Beby.
*

     Esok harinya setelah pulang sekolah aku kemabali jalan-jalan bersama Beby, ya seperti biasa kami makan siang lalu jalan-jalan ke pantai buat nunggu matahari terbenam.
     Sesampainya di pantai Beby malah lari duluan. Sepertinya dia sangat senang hari ini. Aku segera mengejar Beby.

     “Oii beb tunggu bentar kenapa.” Teriak ku pada Beby.
     “Ayolah Boy, masa lesu gitu sih, kan tadi udah makan banyak. Dasar perut karung.” Ledek Beby.
     “Awas kamu, kalo kamu dapat kamu bakal ku buang ke laut.” Aku mengejar Beby yang berlari di depanku.

     5 menit aku mengejar Beby tapi tidak dapat-dapat, aku pun memilih duduk di tepi pantai sambil bermain pasir.

     “Ah Boy payah nih.” Beby berjalan mendekati ku.
     “Yes dapaat.” Aku menarik tangan Beby
     “Eh apa-apaan nih, curang ini namanya.” Beby ngomel-ngomel padaku.
     “Udah janagn lari-lari duduk disini aja, di samping aku.” Ucapku pada Beby.
     “Ngapain sih Boy main pasir gitu.” Tanya Beby.
     “Ga apa-apa sih, lagi pengen aja.” Ucapku sambil menuliskan kata-kata Boy Love Beby.

     “Ehh apaan nih.” Beby mencoba mengahapus tulisan itu.
     “Kenapa di hapus coba ?” Aku bertanya pada Beby.
     “Ngapain coba nulis gituan.” Beby mencibiriku.
     “Kamu bisa menghapus itu di atas pasir, tapi kamu ga akan bisa menghapaus yang ada di dalam hatiku. Kamu ga akan bisa menghapus perasaan ku padamu.” Ucapku dalam hati sambil memandang wajah Beby.
    “Aku, Kamu, Dan Perasaan ini.” Aku tersenyum pada Beby.

***

Utari Widri


sepucuk Surat Untuk Sahabatku


Sepucuk Surat Untuk Sahabatku
               Di suatu desa kecil di perbukitan tinggi bandung , disitulah aku tinggal , namaku NENENG ROSEDIANA namun org biasa memanggilku 'ochi'. Umurku 11 tahun aku kls 6 SD aku tinggal bersama ibuku, ayahku bekerja di kota pelabuhan di inggris liverpool, aku adalah anak satu satunya.

               Disuatu hari di kala aku hendak berangkat skolah aku melihat sebuah mobil dgn barang barang bawaan yg banyak , lalu aku bertanya pada ibuku , ''bu itu org mau apah ? Tanyaku kepada ibuku , " itu orang baru nak yg mau tinggal disini dia keluarga pindahan dr jakarta" saut ibuku,
Kemudian aku hendak buru buru memberi salam dan bercium tangan untuk berangkat skolah

                Pulang sekolah aku melihat ibuku sedang berbicara dgn seseorang di meja ruang tamu, aku pun menghampiri lalu memberi salam dan cium tangan , kemudian aku pun bergegas kekamar untuk ganti baju ,,
Ochii ?? Terdengar suara ibuku memanggilku,, 

                kemudian aku pun mengampiri ibuku , ibuku berkata kepadaku , ''dee nih skrg kamu gak sendirian lagi kamu punya temen baru.,, Namanya beby dia anaknya tante yg pindahan dr jakarta itu, kita tetanggaan , dia satu sekolah juga sama kamu loh dee ,, ujar mamah , ayo kenalan dulu

                Aku pun menyapanya " hey nama aku ochi yg slalu sabar dan menyenangkan , salam kenal
Beby pun menjawab salam kenal juga namaku beby yg slalu rajin belajar dan berlatih
Hatiku sangat senang menemukan sahabat baru, 

                hari hari kita lewati bersama dalam suka maupun duka , belajar bersama apa itu arti sebuah persahabatan yg kita jalani berdua ,

                Pada saat itu tepatnya di hari kelulusan aku pergi bersama ibuku ke sekolah untuk mengambil hasil ujianku begitu pun pula sahabatku beby, 

                setelah sampai disekolah ibuku menemui walikelas untuk mengambil sebuah surat hasil ujianku, hatiku sangat deg degan karna aku takut nilai ujian ku nanti tidak memuaskan ,,
Mamahpun berjalan keluar menghampiriku lalu memeluk

               Erat diriku sambil berkata ''aku bangga padamu nak '' hatiku pun sangat senang ternyata aku menjadi peringkat satu di kelas ..*aaazzzeekkk*

               Beby dan mamahnya pun menghampiriku lalu mengucapkan selamat atas keberhasilan aku ,, beby memberikan kado untuk aku yaitu sepasang kalung dgn bentuk huruf B dan O ,, kita. Saling tukeran kalung ,O di pake sama beby yg B di pake sama aku,

               kalung itu bertanda bahwa persahabatan kita akan selamanya ,, walaupun beby ga dapet peringkat tapi beby dapet penghargaan sebagai siswa berprestasi loh ,,
aku berkata pada ibuku , '' mah kita jalan jalan ketaman yuk , untuk merayakan kelulusan kita berdua ya ga beb ,, ujarku kepada mamah , ''ya udh ayo kita jalan .. 

                Yyeyeye saat nya aku harus bilang aaazzzeekkk ..
Sesampainya di taman aku bermain ayunan dgn beby , aku yg naik beby yg dorong , namun tak terasa kita berdua telah menghabiskan waktu cukup lama di taman , sinar matahari pun perlahan mulai tenggelam , kita pun pergi untuk pulang kerumah bersama sama ..

                Satu minggu kemudian akhirnya kita mendapat kabar gembira bahwa kita "aku dan beby" di terima di sekolahan yg sama

                Babak baru kehidupan "aku dan beby " pun di mulai ketika kita menjalani masa orientasi siswa di skolah baru kita , hari pertama cukup berkesan , namun ada satu hal lagi yg membuat aku sangat bahagia adalah ketika pembagian kelas ternyata aku sekelas sama beby , hal yg tidak pernah aku fikirkan sebelum nya ,hatiku sangat senang dan bahagia deh pokoknyaa ,,

                Hari demi hari kita lewati bersama , dalam suka maupun duka , tak terasa waktu begitu cepat berlalu , tiga tahun sudah aku menjadi siswa SMP tepatnya pada tanggal 17 oktober hari pengumuman kelulusan pun tiba 

                Dan pada saat itu aku dan beby berpisah ..
Saat masuk SMA beby tidak lagi tinggal di bandung karena orang tuanya yg di pindahkan lagi tugasnya ke surabaya , maka dia pun harus bersekolah di surabaya, 

                Rasanya sedih kurasa saat aku harus berpisah dengan sahabat kecilku yaitu beby , air mataku menetes deras , saat aku memeluk tubuh sahabatku itu ,,

                Begitu juga beby memeluk tubuhku dgn erat dan meyakinkanku bahwa dia akan terus mengabari aku dan dia berjanji padaku bahwa persahabatan kita tidak akan berakir sejauh apapun kita tinggal ..

                Chi aku minta maaf yah , karena aku harus pergi (ucap beby)
Beb kenapa kamu pergi? Kenapa sih kamu harus sekolah di surabaya , kamu tega ninggalin aku (ucapku sambil menangis )

                 Jangan nangis gitu ahh , mana dong miss azzeeekk yg aku kenal ? Aku janji kok aku bakalan trus ngabarin kamu ,, mungkin bila nanti tuhan berbaik hati ijinkan kita bertemu dan slalu bersama lagi hingga saat kita berdua menutup usia , genggamlah tanganku ini sahabat,

                 Aku bahagia saat bersamamu , usaplah setiap tetes air matamu tak usah kau tangisi perpisahan ini , dan harus kau tau sejauh apapun kita , tapi persahabatan kita gaboleh berakhir ,

                Satu pesen aku buatmu " kejarlah mimpimu sahabat " aku merindukanmu ( ucap beby meyakinkanku )
Aku pun merelakan beby untuk berangkat kesurabaya,

                Perlahan namun pasti mobil yg dinaiki beby dan keluarganya pun beranjak pergi ,lambaian tanggan beby pun semakin lama semakin menjauh jauh dan menjauh ,lambaian tangan beby pun perlahan mulai menghilang ..

7 bulan telah berlalu teman silih berganti menghiburku , semenjak beby pergi , hari hariku tidak seceria dulu lagi sewaktu beby masih bersamaku,

                 Aku memang mempunyai teman teman baru disekolah dan rumahku , tapi mereka semua tidak ada yg seperti beby , yang mengerti aku , yg mampu membuat aku tersenyum kembali disaat aku sedang sedih ,, aku sungguh merindukan sahabatku beby,

                 Ingin rasanya aku menyusul kesurabaya untuk menemui beby ,namun beby slalu melarangku untuk menemuinya beby slalu berkata "aku mohon jangan dulu temui aku , aku cuma ingin menguji persahabatan kita jadi tunggulah sampai kita lulus SMA , setelah itu aku berjanji akan menemui beby di tempat kita sering bermain sewaktu kecil ,,

                 Hari hari terus berlalu , tidak terasa waktu begitu cepat bergulir , tiga tahun sudah aku menjadi siswa SMA , dan 3 tahun sudah persahabatan aku dgn beby diuji , aku sangat rindu sahabatku beby ..
Aku pun telah mempersiapkan kado yg special untuk sahabatku beby disana , karena kita sudah berjanji akan menukarkan kado saat kita bertemu nanti ...

                  Lusa telah tiba , 24 januari itulah tanggal yg aku lingkari di kalender yg ada di sebelah meja belajarku...
Tanggal itu adalah tanggal yg aku nanti nanti sejak dulu karena tanggal itu adalah tanggal kesepakatan kita untuk bertemu ,,

Pagi itu aku segera beranjak bangun dr tempat tidurku lalu aku bergegas mandi dan bersiap siap karena aku sudah tidak sabar untuk bertemu sahabatku beby ,jam menunjukan pukul 08 ,00. Aku bergegas berpamitan dengan orang tuaku untuk pergi kesurabaya untuk menememui beby ,,

Selama aku menunggu bus yg akan aku naiki untuk pergi kesurabaya ,aku berusaha untuk menelfon beby , namun tidak ada jawaban , aku tidak mengerti mengapa sudah 3 hari ini handphone beby tidak aktiv , tapi aku gak mau sedih karena aku yakin sahabatku beby sudah menungguku disana ...

Bus yang akan aku naiki pun sudah menjemputku , lalu aku pun segera menaiki bus itu dan duduk persis di belakang kondektur ,
Namun ada satu hal yg membuatku bingung , pada malam itu aku bermimpi bertemu seseorang nenek tua dia berjalan tepat di depanku , 

dan dia berkata kepadaku "nak apapun yg akan kamu lihat besok , kamu harus menerimanya "aku sungguuh tidak mengerti apa maksud perkataan nenek tua itu , nenek itu pun tiba tiba mengilang dr hadapanku ,, namun semua perkataan nenek itu tidak mengurung niatku untuk berangkat kesurabaya , karena yg ada dalam fikiranku ini sekarang hanya ingin bertemu sahabatku ,

Jam menunjukan pukul 02 .00 , akhirnya aku sampai disurabaya dan beberapa kilometer lagi aku akan sampai dirumah beby dgn menaiki ojek ,, betapa terkejutnya , karena saat aku sampai dirumah beby , aku melihat banyak orang dirumahnya dan ada juga bendera berwarna kuning di depan rumahnya,

 aku pun segera berlari masuk kedalam rumah beby , aku tidak bisa menahan airmataku ini saat aku melihat sebuah tubuh terbaring kaku dengan di tutupi kain putih , dan dia adalah tubuh beby sahabatku .. Air mataku terus mengalir deras karena aku tidak percaya yg meninggal adalah beby sahabatku ,,

Orang tua beby berusaha membuatku tenang dan mereka menceritakan semuanya kepadaku ,, ternyata sejak dia kls 6 SD dia menderita penyakit LEUKIMIA .. Namun beby tidak pernah mau menceritakan nya kepadaku , karena dia tidak mau masa kanak kanaknya di hiasi dengan kesedihan,

 dia slalu menutupi rasa sakitnya dgn canda tawanya dan ternyata beby pindah kebandung bukan karena orang tuanya di pindah tugas kesurabaya , melainkan karena beby tidak mau membuat masa remajaku tidak bahagia maka dari itu beby menutupi semuanya kepadaku

Air mataku semakin deras mengalir , saat aku mendengar semua pernyataan dari orang tua beby ,, dan sekarang aku mengerti apa maksud dr mimpi semalam itu ..

Sungguh aku sangat terpukul dan kecewa , kenapa semua orang membohongiku ,, mengapa ? Mengapa ? Semuanya harus dirahasiakan semuanya dariku ,, orang tua beby pun berusaha membuatku mengerti kenapa mereka melakukan semua ini ..

Setelah orang tua beby menjelaskan semuanya padaku ,, ternyata beby menitipkan sebuah surat untuku yg bertuliskan tinta berwarna merah dengan sampul yg bertuliskan "SEPUCUK SURAT UNTUK SAHABATKU" dan isi surat itu adalah ..

" Untuk sahabatku , maafkan aku jika saat kau membaca surat ini aku telah pergi untuk selamanya , sungguh aku tidak pernah menginginkan semua ini , aku tidak berniat membohongimu sahabatku , karna aku hanya ingin masa remajamu di hiasi dengan keceriaan bukan kesedihan ..

Terimakasih sahabatku karna kau lah yg membuat masa kanak kanak dan remajaku berwarna ..
Aku melakukan ini untuk menguji persahabatan kita , dan aku ingin engkau bisa terbiasa bermain dan menghabiskan masa remajamu tanpa aku ,

 aku sangat bahagia mempunyai sahabat sepertimu , terimakasih sahabatku karena hanya engkaulah semangat hidupku ..


Oya aku menitipkan sebuah boneka doraemon yg sengaja khusus aku buat sendiri dengan tanganku dan itu susah payah aku membuat nya untukmu sahabatku ,, aku berinama boneka itu "BECHI" yg berarti beby dan ochi , 


tolong jaga boneka itu yah, Aku akan tersenyum bahagia disana jika kamu merelakan sahabatmu ini pergi .. Persahabatan "BECHI" (beby dan ochi) tidak akan berakhir sampai akhir hayat .. dan jadikan boneka itu pengganti diriku ..



***
www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

Copyright © Ahanisasi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑